ASTAFIRULLAH ALAZIM.!!!!!!! GEMPAR.!!!!!!..!!! Seorang Gadis B3rhubung4n Dengan " BABI " Hingga Hamil..!!!!! Brikut Bukti Nyata'Nya :

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, wa ba’du

Bersetubuh dengan binatang termasuk juga dosa besar. Walaupun waktu mengerjakannya, tidaklah sampai keluar mani. Sebagian ulama berbeda pendapat, apakah pelaku dibunuh atau mungkin dipenjara.

Ulama yang beranggapan pelaku dihukum bunuh, berdalil dengan hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَن�' وَجَد�'تُمُوهُ وَقَعَ عَلَى بَهِيمَةٍ فَاق�'تُلُوهُ وَاق�'تُلُوا ال�'بَهِيمَةَ

“Siapa saja yang kalian jumpai bersetubuh dengan binatang, jadi bunuhlah dia dan bunuh hewan yang jadi korban. ” (HR. Tirmidzi 1455, Abu Daud 4464, dan Ibn Majah 2564).

Hanya saja, hadis ini diperselisihkan kesahihannya oleh sebagian ulama. Diluar itu, hadis ini bertentangan dengan informasi Ibnu Abbas dalam cerita lain, yang menjelaskan :

من أتى بهيمة فلا حد عليه

“Siapa yang bersetubuh dengan binatang, tidak ada hukuman khusus buat dia. ” (HR. Tirmidzi, setelah hadis no. 1455).
Artinya, syariat tidak meyakinkan hukuman khusus buat dia, tetapi hukuman untuk pelaku tindakan ini dikembalikan pada kebijakan pemerintah. Seperti penjara atau didera.
Kemudian, at-Tirmidzi menjelaskan :

وَهَذَا أَصَحُّ مِنَ الحَدِيثِ الأَوَّلِ، وَالعَمَلُ عَلَى هَذَا عِن�'دَ أَه�'لِ العِل�'مِ، وَهُوَ قَو�'لُ أَح�'مَدَ، وَإِس�'حَاقَ


“Hadis ini lebih kuat dari pada hadis pertama (hukuman bunuh untuk pelaku setubuh dengan binatang). Banyak ulama mengamalkan hadis ini, dan pendapat ini yang dipegang oleh Imam Ahmad dan Ishaq bin Rahuyah. ” (Jami Tirmidzi, 4 : 57).


Pendapat ke-2 tersebut sebagai pendapat beberapa besar ulama. Dan tersebut pendapat yang lebih kuat, insya Allah. Bila pelaku tindakan menyetubuhi binatang, tidak dibunuh tetapi dihukum sama seperti kebijakan pemerintah. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 24 : 33).
Mengapa binatang sebagai korban harus dibunuh?

Sejatinya ada perselisihan di sini.




Pertama, Sebagian besar ulama –Hanafiyah, Malikiyah, dan Syafiiyah– berpendapat bila binatang sebagai korban tidak dibunuh. Misalpun disembelih, dapat dikonsumsi, apabila termasuk binatang yang halal dikonsumsi.

Ke-2, pendapat Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan menilainya hewan ini haram untuk dikonsumsi.
Ketiga, Madzhab Hanbali dan sebagian syafiiyah, bila hewan ini dibunuh. Bahkan sebagian syafiiyah menyebutkan bila hewan itu haram dikonsumsi, walaupun dia termasuk binatang yang halal dikonsumsi. Pendapat ini menurut hadis dari Ibnu Abbas :

من وقع على بهيمة فاقتلوه واقتلوا البهيمة

“Siapa yang bersetubuh dengan binatang jadi bunuhlah dia dan hewan sebagai korbannya. ”
Informasi Ibnu Abbas bila tak ada hukuman khusus untuk pelaku, hanya singkirkan status hukuman untuk pelaku. Sebentar perintah membunuh hewannya tetaplah berlaku. Allahu a’lam.
Apa hikmah membunuh binatang ini?

Dalam cerita Tirmidzi dan Abu Daud, setelah menyampaikan hadis ini, Ibn Abbas di tanya : “Mengapa binatang itu turut dibunuh? ”
Beliau menjawab :

ما سمعت من رسول الله صلى الله عليه وسلم في ذلك شيئا، ولكن أرى رسول الله كره أن يؤكل من لحمها أو ينتفع بها وقد عمل بها ذلك العمل

“Saya tidak pernah mendengar informasi dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam persoalan ini. Namun saya saksikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci orang makan dagingnya atau menggunakan hewan ini. Dan hal sejenis itu telah diamalkan. ”
Dalam Tuhfatul Ahwadzi dinyatakan :

“Ada yang menjelaskan, agar tidak terlahir binatang dengan muka manusia. Ada juga yang menjelaskan, agar pelaku tidak alami rasa sedih sangat berlebihan di dunia, disebabkan saksikan korbannya masihlah hidup. ” (Tuhfatul Ahwadzi, Syarh Sunan Tirmidzi, 5 : 16).
Allahu a’lam


Sumber : https :// konsultasisyariah. com/14369-hukuman-bagi-yang-bersetubuh-dengan-binatang. html

http :// www. kabarnetizen. com/2017/01/memalukan-seorang-gadis-cantik-berhbngn. html
http :// www. mediapopuler95. com/2016/12/astafirullah-alazim-gempar-seorang. html

Tweet